Kelainan Refraksi

Kelainan Refraksi (Myopia, Astigmatisme, Hipermetropia): Jenis, Pengobatan, Hingga Pencegahan

Kelainan refraksi pada mata merupakan masalah penglihatan yang sering terjadi, mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia. Kelainan refraksi ini sendiri, masih menjadi penyebab utama . gangguan penglihatan di dunia dan kedua di Indonesia.

Namun hingga saat ini, Kelainan Refraksi yang terkoreksi dengan alat bantu sebesar 12,7% berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013. Karena itu, Kelainan Refraksi ini membutuhkan perhatian besar.

Gambaran terjadinya kelainan refraksi pada seseorang

Baca Juga:
PENYAKIT RETINA : JENIS, DIAGNOSA, PENGOBATAN, HINGGA PENCEGAHANNYAMengenal Kornea Mata: Struktur, Gejala, Keluhan, Pencegahan Hingga Pengobatan

Gejala Kelainan Refraksi

Mungkin Sahabat KMU bertanya-tanya, seperti apakah pertanda seseorang yang mengalami kelainna refraksi ini? Sebenarnya ada gejala yang umum dirasakan oleh penderita Kelainan Refraksi.

Beberapa gejala yang muncul dan dirasakan oleh penderita Kelainan Refraksi adalah:

  • Pandangan kabur saat melihat benda dari jarak jauh, dekat, maupun keduanya
  • Sering menyipitkan mata saat melihat objek
  • Sulit fokus saat membaca/menonton/bermain gadget
  • MataPenglihatan terasa kurag jernih, atau bahkan menghalangi kabut
  • Mata sensitif hingga silau di atas pencahayaan yang terang.

Baca Juga:
4 Fakta Glaukoma: Hadir Tanpa Menunda, Sebabkan Kebutaan Permanen

Mata Merah : Cara Pengobatan Sesuai Penyebabnya

Kelainan Refraksi menandakkan adanya kelainan dalam perjalanan cahaya hingga sampai retina . Kelainan tersebut berkaitan dengan bentuk bola mata, sehingga cahaya jatuh di depan atau di belakang retina dan menghasilkan penglihatan yang kurang jelas dan tidak fokus. Kelainan refraksi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu miopia, hipermetropia, astigmatisme, presbiopia, dan anisometropia.

Jenis-Jenis Kelainan Refraksi

Kelainan Refraksi ini sendiri terdiri dari berbagai jenis, dan penderita kelainan refraksi bisa saja mengalami beberapa di antaranya:

Ini adalah jenis-jenis Kelainan Refraksi yang perlu diketahui, penderitanya bisa mengalamai Kelainan Refraksi lebih dari 1 jenis

1. Miopia

Myopia atau rabun jauh adalah kelainan refraksi yang terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina. Keluhan yang terjadi berupa tidak jelas saat melihat objek jarak jauh, namun jelas saat melihat objek jaraknya dekat.

Selain itu, terdapat keluhan lain yang menyertai penderita Mata Minus/Rabun Jauh (Miopia) nyeri kepala, sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas, serta mata terasa lelah saat melihat jauh dalam waktu lama. Myopia berat yang tidak terkoreksi meningkatkan risiko terjadinya  ablasi retina , Katarak , dan Glaukoma .

Pertumbuhan Myopia Meningkat Drastis di Usia Remaja

Mungkin beberapa Sahabat KMU menemui kasus bahwasanya banyak anak atau remaja yang mengalami pertumbuhan Myopia (rabun jauh/mata minus) dengan cepat. Hal ini memang wajar terjadi, apa lagi gaya hidup yang kurang mendukung seperti:
– Banyak menggunakan gadget dan komputer
– Tidak menerapkan cara menjaga kesehatan mata
– Hingga tidak mengonsumsi makanan bergizi
– Berada di lingkungan yang kurang sehat (lingkungan perokok, dll)

Mengapa bisa terjadi pertumbuhan (progresivitas) yang cepat di usia remaja? Anak di bawah usia 18 tahun, pertumbuhan mata minusnya tidak stabil dan masih berkembang terus. Karena itu, tindakan Lasik yang merupakan penyembuhan permanen bagi mata minus harus dilakukan di atas usia 18 tahun.

Anak-anak & remaja yang menderita mata minus tinggi, sebaiknya melakukan Kontrol Miopia yang biasanya dilakukan di Pusat Miopia yang ada di RS atau Klinik Mata untuk menekan progresivitas ini. Solusi atau terapi yang bisa dilakukan, diantaranya: Penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata, softlens, hingga hardlens (lensa Ortho-K)

Myopia Controll ini harus dilakukan dengan pendampingan dokter spesialis mata , sehingga progresivitas benar-benar dapat ditekankan, dan anak-anak tidak mengalami miopia yang terlalu tingga di usia belianya.

Baca Juga:
Anatomi Mata: Fungsi, Kelainan, dan Keluhan

Mengenal Katarak: Gejala, Jenis, Penyebab, Hingga Pengobatan

2. Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat sulit melihat objek dekat, namun dapat melihat objek yang letaknya jauh dengan jelas. Rabun dekat terjadi akibat cahaya yang masuk ke mata jatuh di belakang retina.

Kondisi ini dapat menyebabkan ketegangan otot mata, sehingga penderita sering mengeluhkan nyeri kepala dan rasa lelah di mata akibat terlalu sering berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan.

3.Astigmatisme

Astigmatisme atau mata silinder adalah kelainan penglihatan yang terjadi akibat kelainan permukaan Kornea meupun kengkungan lensa. Pasien mengeluhkan penglihatan kabur atau berbayang saat melihat benda yang jaraknya dekat maupun jauh.

Selain itu pasien juga mengeluhkan sulit melihat di malam hari, nyeri kepala. Astigmatisme sering terjadi bersamaan dengan rabun jauh atau rabun dekat.

4. Presbiopia

Presbiopia atau mata tua adalah kelainan mata akibat kekakuan lensa mata, sehingga terjadi kelainan dalam membiaskan dan memfokuskan cahaya pada Retina. Presbiopia sering dialami oleh lansia atau dewasa yang berusia di atas 40 tahun sebagai bagian dari proses penuaan.

Keluhan sering dirasakan setelah membaca, berupa mata berair, terasa pedas, dan lelah. Gejala yang ditunjukkan berupa kesulitan membaca dekat, sehingga perlu menjauhkan kertas saat membaca.

5.Anisometropia

Anisometropia terjadi saat terdapat perbedaan yang jauh pada kemampuan refraksi mata kanan dan mata kiri. Pasien akan mengeluhkan pandangannya terasa berbayang dan harus sering menyipitkan mata untuk melihat suatu benda.

Baca Juga:
Kacamata Buta Warna: Alat Bantu Penglihatan Penderita Buta Warna

Keunggulan Klinik Mata Sebagai Solusi Kasus Kesehatan Mata

Risiko Kelainan Refraksi

Kelainan Refraksi yang segera mendapatkan koreksi atau penanganan, mampu mencegah progresivitas dan menjaga kualitas hidup penderita. Kelainan refraksi dapat menimbulkan penurunan penglihatan bahkan kebutaan. Penderita dengan myopia tinggi berisiko mengalami ablasio retina dan strabismus (juling) akibat mata berkonvergensi terus menerus.

Bagaimana bila tidak segera ditangani?

Pasien dengan kelainan refraksi lebih optimal untuk memeriksakan mata ke dokter mata rutin setiap 6 bulan – 1 tahun sekali. Khusus pada pasien yang menggunakan lensa kontak harus menjaga kebersihan kontak dan memperhatikan masa kadaluarsa  lensa kontak agar tidak menimbulkan komplikasi seperti keratitis .

Pada anak-anak perlu dilakukan pemeriksaan refraksi mata rutin untuk medeteksi segera adanya kelainan karena sering tidak disadari atau dikeluhkan namun dapat mengganggu kemampuan belajar anak pada masa sekolah.

Pengobatan Kelainan Refraksi (Lasik dan Biayanya)

Penatalaksanaan kelainan Refraksi bertujuan memperbaiki kualitas penglihatan pasien serta mencegah kelainan agar refraksi tidak bertambah parah. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelainan refraksi, antara lain:

1.Kacamata

Menggunakan kacamata merupakan metode yang paling sering dilakukan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan oleh dokter mata maupun refraksionis optisien untuk menentukan ukuran dan  jenis lensa kacamata yang sesuai.

Pada penderita rabun jaun akan dikoreksi dengan lensa cekung (minus), sedangkan pada rabun dekat digunakan lensa cembung (plus). Kacamata plus atau minus juga ada yang dilengkapi dengan lensa silinder, jika terdapat mata silinder.

2.Lensa kontak

Penggunaan lensa kontak lebih praktis digunakan saat beraktivitas dibandingkan kacamata. Namun selama penggunaan lensa kontak perlu dilakukan perawatan dengan tepat agar tetap terjaga kebersihannya dan tidak menimbulkan infeksi seperti keratitis.

3.Bedah refraksi

Bedah refraksi bertujuan mengubah bentuk kornea secara permanen untuk mengoreksi kelainan refraksi sehingga pasien tidak bergantung pada penggunaan kacamata maupun lensa kontak.

Metode bedah refraktif yang sering digunakan adalah  Laser Assisted In-situ Keratomileusis  ( LASIK ) yang diindikasikan untuk penderita miopia, hipermetropia, atau astigmatisme yang cukup berat.

Kontraindikasi LASIK adalah kelainan refraksi yang tidak stabil, abnormalitas kornea (keratokonus, keratitis interstitial atau neurotropik), katarak yang signifikan, glaukoma yang tidak terkontrol, dan adanya penyakit eksternal (blefaritis, sindroma mata kering, atau alergi).

Biaya Lasik

Biaya Lasik di Indonesia kini lebih terjangkau. Tak perlu ke luar negeri untuk melakukan lasik, sebab di Indonesia sudah banyak klinik Lasik yang bisa diakses dengan mudah. Teknologi yang digunakan juga seperti LASIK di mancanegara, seperti: ReLEx SMILE.

Biaya Lasik itu sendiri mulai dari Rp. 25 juta, namun banyak pusat Lasik yang menyediakan harga spesial atau promo Lasik yang bisa dimanfaatkan oleh Sahabat KMU.

Biaya Lasik ini bergantung dengan metode Lasik yang Anda pilih. Pemeriksaan langsung oleh dokter mata diperlukan untuk menenetukan metode koreksi yang sesuai dengan kebutuhan.

Baca Juga:

3 Jenis Buta Warna Yang Harus Ada

Lebih Berisiko Saat Pandemi, Begini Cara Mencegah CVS

Pencegahan Kelainan Refraksi

Kelainan Refraksi dapat dicegah atau ditekan pertumbuhannya dengan cara-cara berikut:

  1. Melakukan pemeriksaan mata secara rutin

Pemeriksaan rutin pada mata lebih dianjurkan 1 sampai 2 tahun sekali pada orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun dengan atau tanpa penyakit tertentu yang merupakan faktor risiko seperti diabetes  dan tekanan darah tinggi.Selain mendeteksi kelainan refraksi, pemeriksaan mencegah penyakit yang berkaitan dengan pertambahan usia, seperti  degenerasi makula, glaukoma, dan katarak.

2. Konsumsi makanan bergizi dan hindari kebiasaan merokok

Makanan bernutrisi yang kaya akan kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin E,  dan asam lemak omega-3 direkomendasikan untuk menjaga kesehatan mata. Beberapa jenis makanan dengan kandungan nutrisi yang sesuai antara lain telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, salmon, tuna.

meningkatkan risiko terjadinya penyakit katarak yang hanya bisa disembuhkan dengan Operasi Katarak , degenerasi makula, dan kerusakan saraf optik hingga menyebabkan  kebutaan , sehingga perlu segera menghindari kebiasaan merokok

3. Batasi menggunaan gawai

Gejala yang timbul akibat menatap layar terlalu lama dapat berupa nyeri kepala, nyeri sekitar leher dan bahu, mata lelah, mata kering, dan pandangan kabur. Saat harus bekerja di depan layar gawai maupun komputer dalam waktu lama, istirahatkan mata dengan memandang jauh selama 20 detik, setiap 20 menit, sejauh 6 meter. Berkedip secara rutin dapat membantu mencegah mata kering.

Tonton Juga Video Lain Tentang Kesehatan Mata Yang Menginspirasi:

Referensi

Hashemi H, Fotouhi A, Yekta A, Pakzad R, Ostadimoghaddam H, Khabazkhoob M. Global and regional estimates of prevalence of refractive errors: Systematic Review and meta-analysis. Journal of Current Ophthalmology. 2017;1:1-20.