Kelainan Refraksi_ Jenis, Pengobatan, dan Cara Pencegahannya Yang Efektif

Mengenal Kelainan Refraksi: Jenis, Pengobatan, dan Cara Pencegahannya Yang Efektif

Halo Sahabat KMU! Mungkin Anda pernah mendengar tentang kelainan refraksi pada mata, kondisi ini seringkali menjadi permasalahan umum dalam hal penglihatan, mulai dari anak-anak hingga lansia. Sebenarnya, kelainan refraksi ini merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia, bahkan menduduki peringkat kedua di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa kelainan refraksi yang berhasil dikoreksi dengan alat bantu penglihatan hanya mencapai 12,7%. Dengan angka yang masih cukup tinggi ini, sangat jelas bahwa kelainan refraksi membutuhkan perhatian yang serius. Yuk langsung aja simak pembahasan lengkapnya disini!

Gejala Kelainan Refraksi

Pengertian dan Gejala Kelainan Refraksi
Gambaran terjadinya kelainan refraksi pada seseorang

Apa sih sebenarnya kelainan refraksi itu? Nah, jadi begini, kelainan refraksi adalah kondisi dimana mata kita tidak bisa memfokuskan cahaya dengan benar ke Retina. Biasanya ini terjadi karena bentuk bola mata yang nggak biasa, jadi cahayanya jatuh di depan atau di belakang Retina, bukan tepat pada Retina itu sendiri, sehingga yang membuat penglihatan kita jadi nggak jelas dan nggak fokus.

Nah, ini nih yang bikin kita jadi kesulitan dalam melihat dengan jelas. Kelainan ini bisa muncul di satu atau kedua mata, dan bisa disebabkan oleh macam-macam hal, kayak bentuk atau ukuran mata yang nggak biasa, kerusakan di lapisan mata, atau bahkan penyakit seperti diabetes.

Nah, Sahabat KMU mungkin penasaran, gimana sih tanda-tanda orang yang punya kelainan refraksi ini? Nah, ada beberapa gejala yang sering dirasakan sama mereka, antara lain:

  • Melihat benda dari jarak dekat atau jauh jadi kabur.
  • Suka memicingkan mata saat liat sesuatu.
  • Susah fokus waktu baca, nonton, atau main gadget.
  • Mata terasa kurang jelas atau seperti ada kabut di depannya.
  • Mata menjadi sensitif, dan bisa terasa sangat silau kalau lagi di tempat yang terang.

Nah, jenis-jenis kelainan refraksi ini ada beberapa, seperti Miopi, Hipermetropi, Astigmatisme, Presbiopi, dan Anisometropia. Oleh karena itu, penting banget nih buat kenali gejalanya biar bisa diatasi dengan tepat!

Baca Juga:
4 Fakta Glaukoma: Hadir Tanpa Menunda, Sebabkan Kebutaan Permanen
Mata Merah : Cara Pengobatan Sesuai Penyebabnya

Jenis-Jenis Kelainan Refraksi

Kelainan Refraksi ini sendiri terdiri dari berbagai jenis, dan penderita kelainan refraksi bisa saja mengalami beberapa di antaranya:

Jenis Kelainan Refraksi

1. Miopi

Miopi atau rabun jauh adalah kelainan refraksi yang terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan Retina. Keluhan yang terjadi berupa tidak jelas saat melihat objek jarak jauh, namun jelas saat melihat objek jaraknya dekat.

Selain itu, terdapat keluhan lain yang menyertai penderita Mata Minus/Rabun Jauh (Miopia) nyeri kepala, sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas, serta mata terasa lelah saat melihat jauh dalam waktu lama. Miopi berat yang tidak terkoreksi meningkatkan risiko terjadinya Ablasio Retina , Katarak , dan Glaukoma .

Pertumbuhan Myopia Meningkat Drastis di Usia Remaja

Mungkin beberapa Sahabat KMU menemui kasus bahwasanya banyak anak atau remaja yang mengalami pertumbuhan Myopia (rabun jauh/mata minus) dengan cepat. Hal ini memang wajar terjadi, apa lagi gaya hidup yang kurang mendukung seperti:

  • Banyak menggunakan gadget dan komputer
  • Tidak menerapkan cara menjaga kesehatan mata
  • Hingga tidak mengonsumsi makanan bergizi
  • Berada di lingkungan yang kurang sehat (lingkungan perokok, dll)

Mengapa bisa terjadi pertumbuhan (progresivitas) yang cepat di usia remaja? Anak di bawah usia 18 tahun, pertumbuhan mata minusnya tidak stabil dan masih berkembang terus. Karena itu, tindakan LASIK yang merupakan penyembuhan permanen bagi mata minus harus dilakukan di atas usia 18 tahun.

Anak-anak & remaja yang menderita mata minus tinggi, sebaiknya melakukan Kontrol Miopia yang biasanya dilakukan di Pusat Miopia yang ada di RS atau Klinik Mata untuk menekan progresivitas ini. Solusi atau terapi yang bisa dilakukan, diantaranya: Penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata, softlens, hingga hardlens (lensa Ortho-K)

Myopia Control ini harus dilakukan dengan pendampingan dokter spesialis mata , sehingga progresivitas benar-benar dapat ditekankan, dan anak-anak tidak mengalami miopia yang terlalu tingga di usia belianya.

Baca Juga:
Anatomi Mata: Fungsi, Kelainan, dan Keluhan
Mengenal Katarak: Gejala, Jenis, Penyebab, Hingga Pengobatan

2. Hipermetropia

Hipermetropia (rabun dekat) merupakan suatu kondisi dimana sulit melihat objek yang dekat, namun dapat melihat objek yang letaknya jauh dengan jelas. Rabun dekat terjadi akibat cahaya yang masuk ke mata jatuh di belakang Retina.

Kondisi ini dapat menyebabkan ketegangan pada otot mata, sehingga penderitanya seringkali mengeluhkan nyeri kepala dan rasa lelah di mata akibat terlalu sering berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan.

3. Astigmatisme

Astigmatisme atau mata silinder adalah kelainan penglihatan yang terjadi akibat kelainan permukaan Kornea meupun kengkungan lensa. Pasien mengeluhkan penglihatan kabur atau berbayang saat melihat benda yang jaraknya dekat maupun jauh.

Selain itu pasien juga mengeluhkan sulit melihat di malam hari, nyeri kepala. Astigmatisme sering terjadi bersamaan dengan rabun jauh atau rabun dekat.

4. Presbiopia

Presbiopia atau mata tua adalah kelainan mata akibat kekakuan lensa mata, sehingga terjadi kelainan dalam membiaskan dan memfokuskan cahaya pada Retina. Presbiopia sering dialami oleh lansia atau dewasa yang berusia di atas 40 tahun sebagai bagian dari proses penuaan.

Keluhan sering dirasakan setelah membaca, berupa mata berair, terasa pedas, dan lelah. Gejala yang ditunjukkan berupa kesulitan membaca dekat, sehingga perlu menjauhkan kertas saat membaca.

5. Anisometropia

Anisometropia terjadi saat terdapat perbedaan yang jauh pada kemampuan refraksi mata kanan dan mata kiri. Pasien akan mengeluhkan pandangannya terasa berbayang dan harus sering menyipitkan mata untuk melihat suatu benda.

Baca Juga:
Kacamata Buta Warna: Alat Bantu Penglihatan Penderita Buta Warna
Keunggulan Klinik Mata Sebagai Solusi Kasus Kesehatan Mata

Risiko Kelainan Refraksi

Nah, Sahabat KMU, penting banget nih untuk ngasih perhatian ekstra jika kalian mengalami kelainan refraksi. Kenapa? Karena kalo nggak segera ditangani, ini bisa berakibat serius, bahkan bisa mengganggu kualitas hidup kita, lho. Misalnya, kelainan refraksi ini bisa bikin penglihatan kita menurun atau bahkan sampai menyebabkan kebutaan loh. Nah, buat yang punya mata minus tinggi, risikonya bisa lebih tinggi lagi, seperti Ablasio Retina atau Strabismus (mata juling) karena mata terus-menerus bekerja keras untuk melihat dengan jelas.

Gimana jadinya kalau tidak langsung tangani? Nah, bagi yang punya kelainan refraksi, sebaiknya rajin-rajinlah periksa mata ke dokter mata setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali, ya. Khususnya buat yang pakai lensa kontak, harus banget memperhatikan kebersihan dan masa kadaluarsa lensa kontak biar nggak bikin masalah seperti Keratitis. Dan untuk anak-anak, jangan lupa untuk rutin periksa mata juga, karena seringkali mereka tidak sadar atau bahkan tidak mengeluhkan apa-apa, tapi bisa saja punya kelainan yang bisa mengganggu produktivitas mereka di sekolah. Jadi, yuk, jaga kesehatan mata kita dengan baik!

Pengobatan Kelainan Refraksi (Lasik dan Biayanya)

Opsi Pengobatan Kelainan Refraksi

Penatalaksanaan kelainan refraksi bertujuan memperbaiki kualitas penglihatan pasien serta mencegah kelainan agar refraksi tidak bertambah parah. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelainan refraksi, antara lain:

1.Kacamata

Menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata merupakan metode yang paling sering dilakukan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan oleh dokter mata maupun refraksionis optisien untuk menentukan ukuran dan  jenis lensa kacamata yang sesuai.

Pada penderita rabun jaun akan dikoreksi dengan lensa cekung (minus), sedangkan pada rabun dekat digunakan lensa cembung (plus). Kacamata plus atau minus juga ada yang dilengkapi dengan lensa silinder, jika terdapat Mata Silinder.

2.Lensa kontak

Penggunaan lensa kontak lebih praktis digunakan saat beraktivitas dibandingkan kacamata. Namun selama penggunaan lensa kontak perlu dilakukan perawatan dengan tepat agar tetap terjaga kebersihannya dan tidak menimbulkan infeksi seperti Keratitis.

3.Bedah refraksi

Bedah refraksi bertujuan mengubah bentuk Kornea secara permanen untuk mengoreksi kelainan refraksi sehingga pasien tidak bergantung pada penggunaan kacamata maupun lensa kontak.

Metode bedah refraktif yang sering digunakan adalah  Laser Assisted In-situ Keratomileusis  (LASIK) yang diindikasikan untuk penderita Miopia, Hipermetropia, atau Astigmatisme yang cukup berat.

Kontraindikasi LASIK adalah kelainan refraksi yang tidak stabil, abnormalitas kornea (keratokonus, keratitis interstitial atau neurotropik), Katarak yang signifikan, Glaukoma yang tidak terkontrol, dan adanya penyakit eksternal (blefaritis, sindroma mata kering, atau alergi).

Atur Jadwal Konsultasi dan Bebaskan Keluhan Mata

Biaya Lasik

Biaya Lasik di Indonesia kini lebih terjangkau. Tak perlu ke luar negeri untuk melakukan lasik, sebab di Indonesia sudah banyak klinik Lasik yang bisa diakses dengan mudah. Teknologi yang digunakan juga seperti LASIK di mancanegara, seperti ZEISS SMILE.

Biaya Lasik itu sendiri mulai dari Rp. 25 juta, namun banyak pusat Lasik yang menyediakan harga spesial atau promo Lasik yang bisa dimanfaatkan oleh Sahabat KMU.

Biaya Lasik ini bergantung dengan metode Lasik yang Anda pilih. Pemeriksaan langsung oleh dokter mata diperlukan untuk menenetukan metode koreksi yang sesuai dengan kebutuhan.

Baca Juga:
3 Jenis Buta Warna Yang Harus Ada
Lebih Berisiko Saat Pandemi, Begini Cara Mencegah CVS
Operasi Katarak Gratis

Selain itu, kelainan refraksi dapat dicegah atau ditekan pertumbuhannya dengan cara-cara berikut:

1. Melakukan pemeriksaan mata secara rutin

Pemeriksaan rutin pada mata lebih dianjurkan 1 sampai 2 tahun sekali pada orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun dengan atau tanpa penyakit tertentu yang merupakan faktor risiko seperti diabetes  dan tekanan darah tinggi. Selain mendeteksi kelainan refraksi, pemeriksaan mencegah penyakit yang berkaitan dengan pertambahan usia, seperti  Degenerasi Makula, Glaukoma, dan Katarak.

2. Konsumsi makanan bergizi dan hindari kebiasaan merokok

Makanan bernutrisi yang kaya akan kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin E,  dan asam lemak omega-3 direkomendasikan untuk menjaga kesehatan mata. Beberapa jenis makanan dengan kandungan nutrisi yang sesuai antara lain telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, salmon, tuna.

meningkatkan risiko terjadinya penyakit Katarak yang hanya bisa disembuhkan dengan Operasi Katarak, Degenerasi Makula, dan kerusakan saraf optik hingga menyebabkan  kebutaan, sehingga perlu segera menghindari kebiasan merokok. 

3. Batasi menggunaan gawai

Gejala yang timbul akibat menatap layar terlalu lama dapat berupa nyeri kepala, nyeri sekitar leher dan bahu, mata lelah, mata kering, dan pandangan kabur. Saat harus bekerja di depan layar gawai maupun komputer dalam waktu lama, istirahatkan mata dengan memandang jauh selama 20 detik, setiap 20 menit, sejauh 6 meter. Berkedip secara rutin dapat membantu mencegah mata kering.

Bagi kalian yang seringkali mengalami gangguan mata baik itu tentang kelainan refraksi maupun yang lainnya, kalian bisa banget untuk melakukan periksa mata ke cabang Klinik Mata KMU terdekat di kota kalian. Disana kalian bisa banget untuk melakukan tes mata KMU atau periksa mata KMU. Kalian juga bisa melakukan konsultasi dokter mata terkait keluhan mata yang kalian alami.

Tonton Juga Video Lain Tentang Kesehatan Mata Yang Menginspirasi:

Referensi

Hashemi H, Fotouhi A, Yekta A, Pakzad R, Ostadimoghaddam H, Khabazkhoob M. Global and regional estimates of prevalence of refractive errors: Systematic Review and meta-analysis. Journal of Current Ophthalmology. 2017;1:1-20.