Low Vision

Ketahuilah Low Vision! Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati

Salah satu gangguan penglihatan pada mata yang cukup berbahaya adalah low vision. Tidak sampai buta tetapi perlu penanganan ekstra. Juga tidak bisa dikoreksi dengan kacamata. Apa itu low vision, apa saja penyebab dan gejala serta bagaimana cara mengobatinya?

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, prevalensi low vision di Indonesia mencapai 1,2 persen. Taruhlah prosentase tersebut tidak berubah, maka jumlah penderita gangguang penglihatan ini mencapai 3,3 juta orang. Ternyata banyak juga ya?! Karenanya penting bagi kita mengetahui penyebab, gejala, dan cara mengobatinya.

Apa itu low vision?

Low vision adalah gangguan penglihatan yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan dan tidak dapat diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, atau pembedahan. Di sinilah sisi bahaya gangguan penglihatan ini dibandingkan dengan penyakit mata lainnya seperti katarak yang masih bisa disembuhkan dengan operasi katarak.

Juga berbeda dengan kelainan refraksi (miopia, hipermetropi, dan astigmatisme) yang bisa dikoreksi menggunakan kacamata atau lensa kontak. Bahkan bisa sembuh total secara permanen dengan LASIK.

Kendati tidak sama dengan buta total, low vision mengakibatkan terbatasnya kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dan meskipun sudah dilakukan pengobatan, penurunan penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat diperbaiki.

Gangguan mata ini bukanlah kebutaan total. Buta total berarti tidak bisa melihat sama sekali. Low vision masih bisa melihat tetapi dengan penglihatan yang rendah atau terbatas. Penderitanya masih bisa melihat angka, huruf, bentuk, dan masih peka terhadap cahaya. Berbeda dengan buta total yang tidak bisa melihat bentuk atau cahaya apa pun.

Baca juga:
8 Vitamin Mata dan Sumber Alami Makanan yang Mengandungnya
Cara Menjaga Kesehatan Mata Di Era Gadget

Penyebab low vision

Penyebab Low Vision

Penyebab low vision terbanyak adalah degenerasi makula. Yakni penurunan fungsi pada makula,  bagian mata berbentuk titik kecil bulat di bagian belakang retina yang memiliki sel penglihatan.

Degenerasi makula ini bisa terjadi atau dipicu oleh beberapa hal, terutama faktor usia tua (di atas 45 tahun), glaukoma, katarak, dan diabetes.

Selain degenerasi makula, faktor lain yang bisa menyebabkan low vision antara lain cedera mata, cedera otak, kanker mata, albinisme, dan kelainan bawaan seperti retinitis pigmentosa.

Pada anak-anak, low vision bisa terjadi akibat albinisme, katarak kongenital, glaukoma, nistagmus, dan kelainan saraf retina dan optik.

Gejala low vision

Gejala Low Vision

Tanda-tanda atau gejala low vision antara lain sebagai berikut:

  • Kesulitan mengenali wajah. Ini adalah gejala paling umum.
  • Kesulitan mengukur jarak objek seperti tangga, trotoar, dan dinding. Ini juga gejala umum seperti sebelumnya.
  • Warna-warna benda tampak pudar.
  • Garis yang lurus terlihat miring.
  • Sulit membaca –meskipun masih terlihat- meski sudah menggunakan kacamata atau lensa kontak.
  • Sulit mengemudi di malam hari.

Baca juga:
BAHAYA BLUE LIGHT DAN EFEKNYA TERHADAP KESEHATAN MATA, BEGINI PENCEGAHANNYA
Hipermetropi: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati

Cara mengobati

Terlebih dahulu dokter mata akan memastikan diagnosa dengan sejumlah pemeriksaan mata. Dokter akan mengidentifikasi penyebabnya sebelum menentukan cara penanganan yang tepat.

Misalnya, jika penurunan penglihatan terjadi akibat retinopati diabetik, pengobatan diabetes menjadi cara utama untuk memulihkan dan mempertahankan penglihatan pasien. Jika terjadi akibat katarak kongenital, operasi katarak merupakan tindakan utama.

Meskipun low vision bersifat permanen dan tidak bisa diatasi dengan kacamata, lensa kontak, atau operasi, penggunaan alat bantu penglihatan bisa membantu mempertajam penglihatan. Beberapa jenis alat bantu visual untuk mengatasi gangguan penglihatan ini adalah sebagai berikut:

  • Kacamata teleskopik
  • Lensa penyaring cahaya
  • Kacamata pembesar
  • Kacamata baca lensa prisma (reading prism)

Selain alat bantu penglihatan, perangkat non-optik juga bisa membantu memperjelas penglihatan pasien. Antara lain:

  • Aplikasi pembaca teks (text-to-speech)
  • Rekaman audio
  • Bahan cetak atau dokumen dengan teks berukuran besar
  • Perlengkapan lampu khusus
  • Ponsel dengan kontras tinggi dan ukuran angka yang besar

Baca juga:
Sindrom Mata Kering
Operasi Katarak Gratis

Sedangkan anak-anak di bawah usia 3 tahun bisa mendapatkan intervensi dini terkait low vision dari dokter mata dan tenaga pendidik khusus yang bekerja sama dengan orang tua serta pengasuh.

Agar gangguan penglihatan ini tidak semakin parah dan tidak berujung pada kebutaan, pasien  harus selalu menjaga kesehatan mata. Hasil studi menunjukkan, 90,7% kebutaaan sebenarnya bisa dicegah dan ditangani. Mulai dari menjaga pola hidup sehat, mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin melakukan pemeriksaan atau melakukan konsultasi dokter mata guna mengetahui lebih lanjut tentang tidakan yang harus dilakukan.

Tonton juga video edukasi kesehatan berikut ini!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *