hipermetropi

Hipermetropi: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati

Anda melihat objek yang dekat tampak kabur tetapi objek yang jauh tidak masalah? Mungkin Anda mengalami rabun dekat alias hipermetropi. Apa saja gejala, penyebab rabun dekat? Bagaimana cara mengobatinya?

Prevalensi rabun dekat tidak sebanyak rabu jauh atau silinder (astigmatisme). Namun menurut penelitian yang dilakukan National Institutes of Health pada anak berusia sekolah di Amerika Serikat, prevalensi hipermetropi ternyata paling tinggi yaitu sebesar 21%. Berikutnya 10% menderita astigmatisme  dan 4% menderita miopia.

Indonesia menempati urutan pertama pada prevalensi kelainan refraksi penyakit mata dengan ditemukan jumlah penduduk yang menderita kelainan refraksi hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. Sebanyak 10% di antaranya dialami oleh anak usia sekolah.

Apa Itu Hipermetropi

Hipermetropi atau rabun dekat adalah keadaan refraksi mata di mana dalam kondisi mata istirahat (tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik fokus di belakang retina.

Gejala Hipermetropi

Gejala atau keluhan yang umum terjadi adalah kesulitan melihat objek dekat seperti saat membaca. Sedangkan ketika melihat objek yang jauh, tampak lebih jelas. Selain itu juga bisa muncul gejala lainnya.

Secara singkat, berikut ini gejala-gejala rabun dekat:

  • Tidak jelas saat melihat objek jarak dekat.
  • Kesulitan membaca.
  • Mata terasa lelah usai fokus melihat objek dalam jarak dekat.
  • Sakit kepala di daerah frontal.
  • Sensitivitas terhadap cahaya meningkat.
  • Mata berair.

Baca juga: Iris Mata

Penyebab Hipermetropi

Mengapa seseorang bisa mengalami rabun dekat? Ada beberapa penyebab sebagai berikut:

  1. Panjang bola mata terlalu pendek.
  2. Kornea terlalu besar atau kurang melengkung.

Keduanya sama-sama menyebabkan bayangan jatuh pada titik fokus di belakang retina.

Hingga kini, penyebab bola mata lebih panjang dari normal belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko tersebut.

Genetik

Seseorang yang orang tuanya mengalami rabun dekat memiliki risiko lebih besar untuk terkena rabun dekat juga.

Kurang nutrisi

Kurang mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan nutrisi dan gizi baik bagi mata juga meningkatkan risiko terkena rabun dekat.

Sering terpapar sinar matahari

Sering mengalami paparan sinar matahari secara langsung pada mata juga menjadi faktor risiko hipermetropi.

Penyakit tertentu

Penyakit tertentu juga bisa menjadi faktor pemicu. Misalnya memiliki riwayat penyakit diabetes, sindrom mata kecil, dan gangguan pembuluh darah pada retina.

Baca juga: Retinopati

Cara Mengobati Hipermetropi

Diagnosis rabun jauh melalui pemeriksaan refraksi baik subjektif maupun objektif. Ketika tajam penglihatan membaik dengan pemberian koreksi lensa cembung (plus/positif).

Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan refraksi menggunakan optotip snellen. Pemeriksaan refraksi subjektif hanya bisa dilakukan pada pasien yang kooperatif karena membutuhkan jawaban pasien.

Untuk menentukan besar koreksi hipermetropi pada anak-anak atau pasien yang kurang kooperatif, bukan dengan pemeriksaan refraksi subjektif tetapi pemeriksaan refraksi objektif. Yakni Streak Retinoscopy.

Hipermetropi bisa diterapi dengan memberikan koreksi kacamata atau lensa kontak tergantung dari besar mata plus yang diderita.

Kacamata ini sebenarnya tidak bisa menyembuhkan atau mengobati secara permanen. Hanya membantu memfokuskan kembali bayangan yang masuk agar bisa tepat jatuh ke dalam retina sehingga pasien bisa melihat dengan jelas.

Lalu apakah ada cara menyembuhkan hipermetropi secara permanen? Ada. Jika kelainan refraksi ini sudah menetap dalam arti ukurannya relatif stabil (biasanya pada usia di atas 18 tahun), ia bisa disembuhkan dengan LASIK (Laser in situ keratomileusis).

Pada dasarnya, LASIK adalah salah satu metode atau teknik yang termasuk dalam Laser Vision Correction (LVC). Namun, sebagian besar masyarakat menyebut seluruh metode Laser Vision Correction (LVC) dengan sebutan LASIK.

Saat ini, ada tiga metode Laser Vision Correction (LVC) sebagai berikut:

Relex SMILE

ReLEx® SMILE (Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction) adalah metode bedah refraktif paling canggih untuk saat ini. Proses operasinya paling cepat, paling nyaman tanpa rasa sakit, dan pemulihannya paling cepat.

Femto LASIK

Femto LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomielusis) adalah metode bedah refraktif dengan membuat flap lalu membentuk kembali kornea dengan teknologi laser. Generasi kedua LVC ini juga cepat prosedurnya, nyaman, dan tidak terasa sakit.

PRK

PRK (Photorefractive Keratectomy) adalah prosedur bedah refraktif yang masih tetap digunakan untuk pasien Lasik dengan kondisi mata tertentu. Karena ia merupakan generasi pertama LVC, pemulihannya tidak secepat Femto LASIK apalagi Relex SMILE.

Lebih jelas tentang tiga metode LVC tersebut dan bagaimana prosedurnya, silakan baca artikel LASIK. [mbk/kmu.id]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *