Mata Miopi (Rabun Jauh) merupakan Kelainan Refraksi yang menyebabkan objek yang jauh terlihat sama-samar, buram, tidak jelas. Apa saja gejala Mata Miopi? Apa penyebabnya dan bagaimana cara penanganannya?
Daftar Isi
Pengertian Mata Miopi
Mata Miopi lazim pula disebut sebagai Mata Minus. Seperti telah disinggung di awal, mereka yang mengalami gangguan ini melihat objek yang jauh menjadi samar-samar, tidak jelas.
Biasanya dimulai antara usia 6 dan 14 tahun dan memburuk hingga awal usia dua puluhan. Miopi ini menjadi masalah kesehatan yang umum.
Menurut dr. Danti Ayu Irawati, SpM, dokter mata dari Klinik Mata KMU, Miopi merupakan Kelainan Refraksi yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien yang datang ke pengobatan mata atau ke klinik mata.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi bahwa setengah populasi dunia akan mengalami Miopi pada tahun 2050 mendatang.
Baca juga:
Mitos atau Fakta Mengintip Jadi Bikin Mata Bintitan
Kapan Anak Boleh Main Gadget? Ini Batasan Waktunya
Penyebab dan Gejala Mata Miopi
Miopi bisa terjadi ketika bola mata tumbuh terlalu panjang dari depan ke belakang, atau ketika ada masalah dengan bentuk Kornea (lapisan depan mata yang jernih) atau Lensa (bagian dalam mata yang membantu fokus mata).
Hal-hal tersebut membuat cahaya terfokus di depan Retina, sehingga membuat objek-objek yang jauh terlihat buram.
Beberapa gejala Miopi yang paling umum antara lain sebagai berikut.
- Kesulitan melihat objek yang jauh.
- Sering harus menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas.
- Ketegangan mata.
- Pada beberapa orang, mungkin pula mengalami sakit kepala.
Seseorang berisiko lebih tinggi untuk menderita Miopi jika memiliki anggota keluarga yang juga menderita hal sama.
Baca juga:
8 Jenis Obat yang Tidak Membatalkan Puasa
Pakai Obat Mata saat Puasa, Apakah Bisa Membatalkan?
Kemungkinan Komplikasi jika Mata Miopi Tidak Segera Ditangani
Miopi, jika tidak segera ditangani, selain akan semakin parah, juga kemungkinan akan menimbulkan komplikasi. Jika tidak ditangani secara benar dapat memicu risiko sejumlah komplikasi. Di antaranya yaitu Degenerasi Makula dan Ablasi Retina.
Dalam jangka panjang, komplikasi lainnya yang bisa timbul akibat Miopi yang tidak segera ditangani yaitu Glaukoma Sudut Terbuka, serta Katarak, yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen di kemudian hari.
Baca juga:
Katarak
Operasi Katarak
Kelopak Mata Turun Sebelah, Apa Sih Penyebabnya?
Cara Mengobati Mata Miopi
Terapi paling umum untuk Mata Miopi adalah kacamata atau lensa kontak. Kacamata atau lensa kontak yang digunakan tentu saja perlu disesuaikan dengan ukuran Mata Miopi alias Mata Minus yang diderita.
Melakukan konsultasi dokter mata dan pemeriksaan mata dapat memastikan secara akurat ihwal gangguan Mata Miopi yang diidap. Secara demikian, dokter mata maupun optometris dapat segera meresepkan lensa kacamata atau lensa kontak yang sesuai.
Perlu dicatat, kacamata atau lensa kontak sendiri bukan obat untuk masalah Miopi. Ia hanya sekadar alat bantu penglihatan agar penderita mampu melihat secara lebih jelas.
Sementara itu, orang dewasa yang ukuran Miopinya sudah stabil bisa menjalani operasi LASIK. Tindakan operasi ini bertujuan untuk mengubah bentuk Kornea sehingga nantinya dapat memfokuskan cahaya hingga mampu melihat dengan jelas.
Baca juga:
Operasi Katarak Gratis
Usia Berapa Bayi Bisa Melihat? Inilah Tahapannya
Konsultasikan pada Dokter
Sekali lagi, untuk memastikan secara akurat ihwal Mata Miopi yang mungkin kalian idap, perlu melakukan konsultasi berikut pemeriksaan mata ke dokter mata.
Klinik mata dapat menjadi opsi bagi kalian untuk konsultasi dan periksa mata. Salah satunya yaitu RS & Klinik Mata KMU, yang telah memiliki cabang maupun mitra di sejumlah kota.
Atur Jadwal Konsultasi dan Bebaskan Keluhan Mata
Didukung dengan fasilitas lengkap serta canggih, dan ditopang dengan para dokter mata berpengalaman, Klinik Mata KMU menjadi tempat terbaik dalam memberikan layanan kesehatan mata bagi siapa pun yang membutuhkan.
Untuk update informasi dan edukasi kesehatan mata terkini, simak dan ikuti terus kanal medsos kami.
Sumber: dr. Danti Ayu Irawati, SpM