astigmatisme

Apa itu Astigmatisme, Waspadai Komplikasi yang Ditimbulkan

Setiap gangguan mata yang tidak segera ditangani bukan hanya bakal membuat gangguan itu makin serius, tetapi juga berpotensi menimbulkan sejumlah komplikasi. Begitu juga dengan Astigmatisme alias Mata Silinder. Jika tidak segera ditangani, maka bakal menimbulkan sejumlah komplikasi. Apa saja kira-kira komplikasinya dan bagaimana cara mengobatinya?

Astigmatisme Selayang Pandang

Astigmatisme termasuk ke dalam kategori Gangguan Refraksi. Gangguan ini dapat terjadi tatkala Kornea atau Lensa mata, yang membantu fokus mata, memiliki bentuk yang berbeda dari yang seharusnya, yang membuat penglihatan menjadi kabur.

Menurut dr. Imam Tiharyo, SpM(K) M.Kes, dokter spesialis mata yang juga konsultan pada bidang Lensa, Kornea serta bedah refraktif, — mengutip Global Data Visual Impairment 2010 dan data dari World Health Organization 2012 — Gangguan Refraksi adalah penyebab gangguan penglihatan terbesar yang pertama. “Yang kedua adalah Katarak,” tegas dr. Imam. 

Seperti kita ketahui, mata yang normal berbentuk bulat – seperti bola basket. Tidak demikian dengan mereka yang mengidap Astigmatisme. Bentuk bola matanya tidak bulat, melainkan bentuknya mirip bola rugby. Jadi, agak lonjong.

Diperkirakan, gangguan mata ini menyumbang sekitar 13 persen dari kesalahan bias mata manusia. Tingkat prevalensinya di Indonesia berkisar antara 30% hingga 77%. Dan paling umum terjadi pada anak-anak usia sekolah.

Astigmatisme sendiri lazim terjadi bersamaan dengan Rabun Jauh (Miopia) maupun Rabun dekat (Hipermetropia). Dan secara garis besar, terbagi dua. Pertama, Astigmatisme Horizontal ketika mata lebih lebar daripada tingginya. Dan kedua, Astigmatisme Vertikal ketika mata lebih tinggi daripada lebarnya.

Penyebab dan Gejala Astigmatisme

Faktor genetik boleh jadi merupakan salah satu faktor utamanya. Pasalnya, tak jarang ia muncul saat lahir. 

Di luar faktor genetik, bisa juga terjadi akibat cedera pada mata atau setelah operasi mata, misalnya setelah operasi Katarak. Terkadang, kondisi langka yang disebut Keratokonus dapat pula menjadi faktor penyebab

Gejalanya sendiri dapat mencakup beberapa hal sebagai berikut.

  • Penglihatan kabur, terdistorsi, baik jarak dekat dan jauh
  • Kesulitan melihat pada malam hari
  • Ketegangan mata
  • Kerap harus menyipitkan mata
  • Iritasi mata
  • Sakit kepala

Baca juga:

Emang Bisa Tidak Pakai Kacamata setelah Operasi Katarak?

3 Hal Ini Harus Dihindari saat Mata Kelilipan

Komplikasi yang Ditimbulkan jika Tak Ditangani

Jika tidak segera ditangani, Astigmatisme tentu saja dapat menimbulkan komplikasi, yang mencakup sekurangnya dua jenis komplikasi berikut ini. 

Pertama, Keratokonus. Ini dapat terjadi tatkala Astigmatisme semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Jika sampai terjadi Keratokonus, Kornea menjadi kian tipis di satu area dan mulai menggembung. Jika dibiarkan dan berlanjut, hal ini dapat menyebabkan jaringan parut pada Kornea, yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Mereka yang sudah mengalami Keratokonus, penglihatannya tidak banyak membaik meski sudah menggunakan kacamata korektif sebagai alat bantu.

Amblyopia atau Mata Malas dapat ditimbulkan dari mata silinder yang tak dikoreksi.

Kedua, Amblyopia. Keburaman yang disebabkan oleh Astigmatisme yang tidak dikoreksi pada tahap awal perkembangannya dapat menyebabkan Amblyopia. Ini dapat terjadi jika salah satu mata terkena Astigmatisme atau kedua mata terkena secara tidak merata. Orang yang lahir dengan Astigmatisme mungkin memiliki masalah ini, yang juga dikenal sebagai mata malas, karena otak tidak merespons tanda-tanda yang diterimanya dari mata. 

Cara Mengobati Astigmatisme

Sebagai sebuah Gangguan Refraksi, opsi pengobatan untuk Astigmatisme mencakup dua cara yakni (1) menggunakan lensa korektif dan (2) menempuh bedah refraktif.

Untuk lensa korektif, dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak. Dokter mata dan perawat mata dapat meresepkan kacamata untuk mengoreksi penglihatan, disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi  –  apakah itu Astigmatisme Kornea (bentuk kornea tidak beraturan) maupun Astigmatisme Lentikular (lensa di dalam mata miring).

Begitu juga dengan lensa kontak. Saat ini, terdapat beragam jenis lensa kontak untuk mengoreksi penderita gangguan ini. Lensa kontak ini ada yang berbahan keras, kaku, dan dapat menyerap gas. Ada juga yang berbahan lunak dan sekali pakai. Opsi mana yang sebaiknya dipilih, sebaiknya didiskusikan dengan dokter mata kalian. 

Bedah refraktif dapat menjadi pilihan untuk mereka yang tidak ingin bergantung pada kacamata maupun lensa kontak. Lewat bedah refraktif, dokter bedah mata membentuk kembali permukaan mata secara permanen. Salah satu metode yang lazim digunakan saat ini yaitu LASIK.

LASIK untuk mengoreksi Kelainan Refraksi.

Baca juga:

Operasi Katarak Gratis

Hubungan Lapisan Ozon dengan Penyakit Katarak

Konsultasi ke Dokter untuk Pastikan Solusi

Astigmatisme maupun gangguan mata lainnya perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat. Melakukan konsultasi dokter mata dan pemeriksaan mata perlu kalian lakukan tatkala kalian mengalami gejala-gejala seperti penglihatan buram, sulit melihat pada malam hari, dan iritasi.

Saat ini, selain di rumah sakit, kalian bisa pula melakukan konsultasi dokter mata dan pemeriksaan mata di klinik mata. Salah satunya yaitu Klinik Mata KMU, yang telah memiliki cabang-cabang di sejumlah kota.

Atur Jadwal Konsultasi dan Bebaskan Keluhan Mata

Dengan fasilitas canggih dan lengkap yang dimilikinya, ditunjang dengan para dokter matanya yang berpengalaman, Klinik Mata KMU siap melayani dan memberikan solusi, apa pun keluhan atau gangguan mata yang kalian hadapi. 

Sumber: dr. Imam Tiharyo, SpM(K) M.Kes

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *