hordeolum

Hordeolum (Mata Bintitan): Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Ada banyak pendapat yang berkembang di masyarakat terkait mata bintitan. Salah satunya yaitu dikait-kaitkan dengan aktivitas ngintip atau mengintip. “Kalau sering ngintip, maka nanti matanya akan bintitan,” begitu sementara orang suka berkomentar. Betulkah jika sering ngintip lantas mata kita bintitan? Apakah ini fakta atau mitos?

Menurut dr. Elly Rahmawati, Sp.M, dokter spesialis mata dari RS Islam Banyubening Boyolali, Jawa Tengah, tidak ada hubungan sama sekali sebab akibat antara suka ngintip dengan bintitan. Artinya, kata dr. Elly, itu cuma mitos.

Baca juga: Bahaya Penggunaa Obat Tetes Mata Sembarangan

Dalam khazanah medis, bintitan, atau juga kerap disebut timbilen, dalam bahasa Jawa, dikenal sebagai hordeolum. Apa penyebabnya?

“Sebenarnya hordeolum itu adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar minyak, yang letaknya di sepanjang tepi kelopak mata, di bagian kelopak mata atas dan bawah. Umumnya, bintitan ini tumbuhnya seperti jerawat atau bisul di tepi kelopak mata. Yang terserang bisa saja dari mulai pasien anak-anak sampai pasien dewasa,” jelas dr. Elly.

Biasanya, tambah dr. Elly, bintitan itu timbulnya pada satu mata saja. Jarang yang langsung dua-duanya muncul bintitan.

“Jadi kadang satu mata sudah sembuh bintitannya kemudian akan muncul di bagian mata yang lain. Nah, jumlah benjolannya pun biasanya ada yang cuma satu benjolan. Tapi, ada juga yang sepanjang kelopak mata itu ada beberapa tempat itu juga ada,” kata dr. Elly. 

Dokter mata yang juga berpraktik di RSUD Waras Wiris Andong Boyolali ini mengatakan bahwa berdasar penelitian, ternyata tidak ada perbedaan angka kejadian hordeolum antara perempuan dan laki-laki. “Jadi, kasusnya sama-sama. Entah laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang sama untuk terkena hordeolum.”

Seperti dijelaskan di muka hordeolum atau bintitan itu adalah infeksi. Lebih persisnya infeksi karena bakteri. “Yang kita kenal itu bakteri Staphylococcus, jadi hampir 90 persen kasus bintitan itu  penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus,” papar dr. Elly.

baketri pada mata bintitan (hordeolum)
Bakteri Staphylococcus. Sumber gambar: uchicago.edu.

Ia kemudian menjelaskan bahwa infeksi bakteri ini karena melibatkan adanya sumbatan di kelenjar minyak di mata kita. “Jadi kelenjarnya itu akan tersumbat karena ada infeksi bakteri sehingga akan timbul bintitan,” terang dr. Elly.

Baca juga: Bahaya Salah Menggunakan Obat Mata Merah 

Sejauh ini, kata dr. Elly, ada dua jenis bintitan. Yang pertama hordeolum internal, yang asalnya di bagian dalam. Menurut dr. Elly, ini kelenjarnya mengalami sumbatan dan kemudian yang mengalami infeksi adalah kelenjar minyak meibom. 

“Penonjolannya ini terutama berada di sisi kelopak yang sebelah dalam. Jadi, kelihatan njendol-nya dari luar. Tetapi, sebenarnya sumber infeksi itu dari dalam. Karena penonjolannya yang ada di sisi kelopak mata yang dalam maka akan sering membuat rasa tidak nyaman di permukaan selaput mata sisi dalam. Karena letaknya di dalam, dia jarang pecah kemudian penonjolannya tidak ikut dengan pergerakan kulit. Biasanya penonjolan pada hordeolum yang asalnya dari dalam letaknya pada sisi sebelah dalam. Pembekakannya akan lebih besar, dibanding bititan yang timbulnya di luar,” urai dr. Elly.

Jenis yang kedua adalah hordeolum yang letaknya di luar. Disebut juga hordeolum eksternal. “Ini yang terkena sebenarnya mengalami sumbatan dan infeksi adalah kelenjar zeiss atau moll. Penonjolannya terutama pada kelopak mata sisi luar. Jadi, kemerahannya tampak lebih jelas. Penonjolannya ini akan ikut bergerak dengan pergerakan kulit. Untuk bintitan yang letaknya di luar, biasanya ukurannya lebih kecil daripada bintitan yang letaknya di dalam,” papar dr. Elly.

Tanda dan gejala hordeolum

Terdapat sejumlah tanda dan gejala terkait dengan serangan hordeolum. Apa saja?

Menurut dr. Elly, beberapa tanda dan gejala bintitan  di antaranya   

yaitu benjolan berwarna kemerahan, bengkak di sekitar kelopak mata, nyeri pada kelopak mata dan nyeri pada pangkal bulu mata jika ditekan.

Selain itu, sambungnya, adanya pseudoptosis atau ptosis – kelopak mata turun karena ada pembengkakan,

hordeolum

Tanda dan gejala lainnya, menurut dr. Elly, yaitu rasa mengganjal pada mata, rasa tidak nyaman saat berkedip, dan sensasi terbakar pada kelopak mata.

Baca juga: Empat Gejala akibat Ptosis dan Semua Berisiko Mengalaminya

“Juga bengkak dan eritema kemerahan. Terdapat gambaran abses kecil yang isinya nanah yang dapat pecah dengan sendirinya. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar,” tutur dr. Elly.

Faktor risiko pencetus hordeolum

Menurut dr. Elly, salah satu faktor risiko terkena hordeolum yaitu sering menyentuh mata dengan tangan kotor.  Selain itu, “lupa cuci tangan, terus matanya gatal, terus dikucek-kucek. Jadinya, kuman ikut masuk dan timbul infeksi di bagian kelopak mata.”

Faktor lainnya, kata dr. Elly, yaitu tidak membersihkan sisa makeup. “Semalaman dibiarin. Sudah capek, terus tidur. Lupa makeup-nya, eyeshadow-nya, atau eyeliner-nya atau lupa dibersihkan. atau menggunakan kosmetik yang kadaluarsa. Ini juga bahaya. Berisiko timbul infeksi,”  dr. Elly mengingatkan.

Lensa kontak juga bisa menjadi faktor risiko pencetus. “Menggunakan lensa kontak, tanpa mencuci tangan atau tanpa disinfektan atau pada kondisi mata yang mengalami blefaritis. Ini cenderung akan lebih mudah terjadi bintitan,” kata dr. Elly. 

lensa mata

Baca juga: Perlukah Menggunakan Softlens? Ini Sisi Baik dan Buruknya

Pada pasien yang mengalami rosacea di sekitar mata, bintitan juga mungkin lebih mudah terjadi. Rosacea ini adalah gangguan kulit yang memiliki gejala kemerahan. “Pasien yang mengalami rosacea ini akan lebih berisiko munculnya bintitan.”

Selain faktor-faktor tersebut, penggunaan handuk bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain, menurut dr. Elly, juga dapat menjadi pencetus serangan hordeolum. Di samping itu, sambung dr. Elly, stres atau gizi yang buruk juga dapat menjadi faktor pencetus.

Pengobatan hordeolum

Menurut dr. Elly, bintitan ini sebenarnya akan bisa sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Meski demikian, pada kenyataanya, banyak kasus yang memerlukan intervensi. Misalnya, diberikan obat salep ataupun obat minum. 

“Untuk kasus bintitan bisa dilakukan kompres hangat sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari. Bisa menggunakan obat anti nyeri, untuk mengurangi rasa tidak nyaman, bisa memakai asetaminofen. Contohnya parasetamol atau ibuprofen, asam mefenamat, natrium diklofenak. Kemudian untuk pengobatannya menggunakan antibiotik oles. Dalam hal ini, bisa gentamycin, neomycin, polimyxin, asam fusidat dan lain-lain,” papar dr. Elly. 

Ia kemudian menjelaskan untuk penggunaan obat minum, antibiotik oral, hanya digunakan jika hordeolumnya itu tidak mengalami perubahan saat diberikan antibiotik yang topikal. “Pilihan antibiotiknya ada beberapa macam. Diberikan dua hari sekali dan harus dengan menggunakan resep dokter,” sebutnya.

Bagaimana kalau hordeolumnya membesar? Menurut dr. Elly, jika hal ini terjadi, maka harus dilakukan pembedahan. “Jika hordeolumnya tidak respons dengan obat-obatan, antibiotik topikal dan oral, yang diminum selama dua-empat minggu, atau hordeolumnya sudah dalam kondisi abses, pembengkakan merah, dan ada nanah di dalamnya, maka pilihan akhirnya dibedah. Dikeluarkan isinya.” 

Baca juga: Struktur, Fungsi, dan Kelainan pada Lensa Mata

Komplikasi dan pencegahan hordeolum

Hordeolum dapat menimbulkan komplikasi yaitu selulitis palpebra. Menurut dr. Elly, ini biasanya karena hordeolum yang timbulnya berulang akibat kebersihan di area mata. “Faktor lainnya bisa karena faktor alergi. Misalnya, karena sering menggosok mata. “Menggosok mata ini karena faktor alerginya. Jadi, alerginya bisa berasal dari telur, konsumsi telur, protein tinggi.”

Ia menambahkan bahwa yang perlu diwaspadai adalah pada saat pemeriksaan pasien tersebut tidak ada riwayat alergi, tapi hordeolumnya timbulnya berulang. “Nah, itu patut dicurigai adanya tanda-tanda keganasan dan ini harus diperiksa lebih lanjut oleh dokter,” simpulnya.  

Untuk menghindari serangan hordeolum, dr. Elly menganjurkan agar kita menghindari mengucek-ngucek mata. Lebih-lebih saat tangan kita kotor. 

Sementara itu, jika sudah terlanjur muncul hordeolum, dr. Elly menyarankan agar jangan menekan hordeolum. “Jangan memencet hordeolum. Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum. Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum. Untuk sementara hentikan pemakaian makeup pada mata atau eyeliner, eyeshadow, atau alis. Hentikan dulu.

tips mengatasi mata bintitan (hordeolum)

Lepaskan lensa kontak selama masa pengobatan,” demikian anjuran dr. Elly.

Ia juga menyarankan agar kita menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

Baca juga: 5 Macam Operasi Mata Berdasarkan Penyebabnya

“Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan waslap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak. Jaga kebersihan peralatan makeup mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.

Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu,” pungkasnya.

Sahabat KMU, demikian paparan mengenai soal mata bintitan. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh seputar kesehatan mata, atau juga ingin mengetahui hal-ihwal gangguan mata seperti katarak atau juga informasi tentang operasi katarak atau lasik, Anda bisa langsung melakukan konsultasi dokter mata di klinik mata KMU terdekat.

Simak terus informasi terkini seputar kesehatan mata melalui akun-akun media sosial kami yakni Facebok, Instagram, LinkedIn, Twitter, dan Youtube.