Buta Warna

Buta Warna: Kenali 3 Penyebab, Gejala, Tes dan dan Pengobatannya

Halo sahabat KMU sekalian! Mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa kita mungkin menderita buta warna. Kehilangan sensitivitas penglihatan mata terhadap warna dapat menjadi petunjuk, akan tetapi seringkali tidak terdeteksi dengan mudah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih memahami buta warna, baik gejalanya, penyebabnya, jenis-jenisnya, maupun cara mendiagnosisnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut agar kita semua dapat lebih sadar dan mendapatkan penanganan yang tepat. Yuk, jangan lewatkan informasi lengkapnya!

Apa Itu Buta Warna?

Sahabat KMU, buta warna bukanlah suatu ketidakmampuan mata dalam mendeteksi warna secara keseluruhan, melainkan sebuah kekurangan pada kemampuan seseorang untuk mendeteksi warna secara normal. Ketika seseorang mengidap kondisi ini, ia mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan beberapa warna, seperti hijau dan merah, atau kuning dan biru. Penting untuk dicatat bahwa buta warna lebih sering dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan.

Menurut penemuan dari Prevent Blindness, lembaga yang fokus pada kesehatan mata, sekitar 8% laki-laki mengalami kendala penglihatan warna, sementara hanya sekitar 1% perempuan yang mengalami hal serupa. Prevalensi buta warna di Indonesia sendiri mencapai 0,7%, dan umumnya kondisi ini telah ada sejak lahir dan akan berlangsung seumur hidup. Warna yang paling sulit untuk dibedakan oleh penderita buta warna adalah hijau dan merah, sementara kuning dan biru jarang terpengaruh.

Gejala Buta Warna

Pada dasarnya, gejala buta warna adalah kesulitan membedakan warna tertentu (parsial), atau bahkan seluruh warna (total). Pada praktiknya, gejala ini bisa berbentuk sebagai berikut:

  • Sulit membedakan warna yang berdekatan
  • Sulit membedakan buah yang mentah dengan yang matang
  • Sulit mengikuti pelajaran di sekolah terkait warna
  • Sulit membedakan warna baju dan jilbab
  • Sulit membedakan warna obat

Warna yang sulit dikenali tiap penderita bisa berbeda tergantung sel pigmen yang rusak atau tidak berfungsi.

Tipe Buta Warna

Secara umum ada tiga tipe yaitu merah-hijau, biru-kuning, dan total.

1. Buta Warna Merah-Hijau

Buta Warna Merah-Hijau
Kondisi penglihatan buta warna merah-hijau

Seseorang yang menderita buta warna parsial merah-hijau umumnya akan mengalami gejala sebagai berikut:

  • Merah terlihat seperti abu-abu gelap
  • Merah terlihat seperti kuning kecokelatan, dan hijau terlihat seperti warna krem
  • Kuning dan hijau terlihat kemerahan
  • Oranye, merah, dan kuning terlihat seperti kehijauan

2. Buta Warna Biru-Kuning

Buta Warna Biru-Kuning
Kondisi penglihatan buta warna Biru-Kuning

Seseorang yang menderita buta warna parsial biru-kuning umumnya akan mengalami gejala sebagai berikut:

  • Biru terlihat seperti kehijauan
  • Kuning terlihat agak seperti abu-abu atau ungu yang terang
  • Sulit membedakan warna merah muda dengan kuning serta merah

3. Buta Warna Total

Penderita buta warna total lebih kesulitan lagi, bukan hanya melihat perbedaan warna merah-hijau dan kuning-biru, tetapi hampir semua warna. Sekitar 10% dari penderita jenis total hanya bisa melihat warna putih, abu-abu, dan hitam.

Baca juga:
Obat Mata Gatal
Mata Merah : Cara Pengobatan Sesuai Penyebabnya
Uveitis

Penyebab Buta Warna

Mata memiliki sel-sel saraf khusus untuk mendeteksi terang dan gelap serta mendeteksi tiga pigmen warna; merah, hijau, dan biru. Dari tiga pigmen itulah otak akan menentukan persepsi warna. Jika salah satunya rusak atau tidak berfungsi, terjadilah yang jenis parsial. Jika semuanya tidak berfungsi normal, terjadilah yang jenis total.

Secara umum, ada tiga penyebab terjadinya buta warna:

1. Diturunkan (faktor genetik)

Faktor Genetik Buta Warna

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya adalah faktor genetik. Dari orang tua menurun ke anak. Tingkat keparahannya beragam mulai dari ringan, sedang, hingga berat.

2. Didapatkan (akibat penyakit atau lainnya)

Selain faktor genetik, ada pula faktor-faktor lain terutama penyakit tertentu yang menyebabkan seseorang terkena jenis buta ini, antara lain:

  • Penyakit tertentu yang bisa menurunkan kemampuan melihat warna. Misalnya Diabetes, Anemia sel sabit, Degenerasi Makula, Glaukoma, Alzheimer, Multiple Sclerosis, Leukimia, parkinson. Kecanduan alkohol juga dapat menyebabkan terjadinya kondisi ini.
  • Efek samping obat-obat tertentu. Misalnya digoxin, phenytoin, ethambutol, dan sildenafil.
  • Paparan zat kimia tertentu. Misalnya carbon disulfide dalam industri rayon atau styrene dalam industri plastik.
  • Cedera mata. Misalnya akibat kecelakaan atau benturan.

3. Penuaan (faktor usia)

Penyebab ketiga adalah faktor usia. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan mata dalam menangkap warna juga akan menurun sehingga mengakibatkan kesulitan dalam membedakan warna. Kondisi ini akan semakin buruk jika menderita penyakit Katarak.

Baca juga :
LASIK
5 Fakta & Mitos Kesehatan Mata: Mana Yang Sering Kamu Dengar?

Diagnosis Buta Warna

Untuk dapat melakukan diagnosis gangguan ini dan menentukan jenisnya, dokter mata akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan berbagai metode, seperti tes Ishihara dan tes penyusunan warna.

1. Tes Ishihara

Tes Ishihara Buta Warna

Tes Ishihara merupakan tes yang paling sering digunakan untuk penegakan diagnosis ini. Dokter akan meminta pasien untuk mengenali angka atau huruf yang berada pada gambar secara samar yang berupa titik-titik berwarna.

2. Tes Penyusunan Warna

Tes Penyusunan Buta Warna

Pemeriksaan lainnya adalah tes penyusunan warna. Pada pemeriksaan yang ini, pasien diharuskan untuk menyusun warna yang berbeda sesuai dengan gradasi tingkat kepekatan warna.

Atur Jadwal Konsultasi dan Bebaskan Keluhan Mata

Cara Mengobati Buta Warna

Hingga saat ini, belum ada metode pengobatan yang dapat mengembalikan kemampuan pasien untuk melihat warna secara sempurna. Namun, pasien dapat melatih diri untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Jika anak Anda mengalami gangguan ini, penting bagi orang tua untuk segera mengenali gejalanya sejak dini agar dapat membantu si kecil beradaptasi dengan kondisi tersebut. Dengan demikian, anak dapat menjalani kegiatan belajar dan kesehariannya secara normal. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya antara lain:

  • Menggunakan cahaya yang terang untuk membantu memperjelas warna tersebut.
  • Berlatih untuk mengingat segala kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan warna, misalnya warna pada rambu lampu lalu lintas, maupun yang lain.
  • Menggunakan teknologi pendukung lainnya seperti aplikasi khusus, untuk melakukan deteksi dan memberi tahu warna pada suatu objek.
  • Menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata khusus yang dapat membantu mendeteksi warna tertentu.
  • Segera ke dokter jika ada efek samping lain atau jika sangat mengganggu.

Jika ada seseorang sekitar kita, atau kita sendiri, yang mengalami gejala seperti di atas sebaiknya segera periksakan diri ke dokter mata ya sahabat KMU.

Konsultasi dokter mata bisa memberi diagnosis dan penanganan yang tepat, terutama jika penyakit mata tidak bisa kita atasi sendiri seperti mata kelilipan.

Salam sehat!

Baca juga :
Operasi Katarak
Operasi Katarak Gratis

Tonton juga video edukasi kesehatan mata berikut ini!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *